OTOPROJECT – PT Toyota-Astra Motor (TAM) menunjukkan langkah nyata dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk penerapan biodiesel 40% (B40) mulai 2025. Dengan teknologi bahan bakar fleksibel, Toyota mempertegas posisinya sebagai pelopor mobilitas ramah lingkungan di Indonesia.
“Tahun depan, pemerintah akan memulai penggunaan biodiesel B40, dan kami dari Toyota siap mendukung hal ini. Selain itu, kami juga siap menghadirkan kendaraan yang mampu menggunakan bioetanol hingga E10,” ungkap Wakil Presiden Direktur PT TAM, Henry Tanoto, di Jakarta, Selasa (17/12) malam.
Tidak hanya biodiesel, Toyota juga mengembangkan teknologi bahan bakar fleksibel (Flexy Fuel), yang memungkinkan kendaraan menggunakan campuran bahan bakar fosil dan etanol. Teknologi ini dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sekaligus menekan emisi karbon.
Sebagai bukti nyata inovasi, Toyota telah memperkenalkan dua model kendaraan berbasis Flexy Fuel di Indonesia sepanjang tahun 2024, yaitu Kijang Innova Zenix HEV E85 dan Fortuner E100. Model-model ini dirancang untuk dapat menggunakan campuran bioetanol dengan tingkat efisiensi dan performa optimal.
Henry juga menegaskan komitmen Toyota dalam menghadirkan kendaraan yang ramah lingkungan. “Kami terus fokus mengembangkan kendaraan dengan teknologi Flexy Fuel, baik yang menggunakan bioetanol maupun biodiesel,” tambahnya.
Langkah ini sejalan dengan tujuan global Toyota dalam mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca. Selain Flexy Fuel, Toyota juga telah memimpin pengembangan kendaraan elektrifikasi di Indonesia, dengan Lexus sebagai contoh merek mewah yang telah memiliki 22 model elektrifikasi di pasar global.
Baca Juga: Sering Ganti-Ganti BBM? Ketahui Dampaknya pada Mesin Mobil Anda!
“Investasi kami dalam teknologi ramah lingkungan tidak hanya mencakup kendaraan listrik, tetapi juga kendaraan berbahan bakar fleksibel yang dapat mengurangi jejak karbon,” ujar Henry.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mulai menerapkan program mandatori biodiesel B40 pada 1 Januari 2025. Bahan bakar ini menggabungkan 60% solar dengan 40% bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit, sebagai langkah mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Untuk mendukung program ini, pemerintah menargetkan produksi B40 sebesar 15,62 juta kiloliter pada tahun 2025. Langkah strategis ini diharapkan mempercepat transisi energi hijau di Indonesia.
Dengan kesiapan teknologi Flexy Fuel dan komitmen terhadap elektrifikasi, Toyota menjadi salah satu pemain utama dalam mendorong transformasi energi berkelanjutan di Indonesia. Langkah ini tidak hanya mendukung kebijakan pemerintah tetapi juga memberikan pilihan kendaraan ramah lingkungan bagi konsumen.
Toyota terus membuktikan bahwa masa depan otomotif yang hijau dan berkelanjutan bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah realitas yang dapat segera dinikmati oleh masyarakat Indonesia.